Loading...

Link & Aplikasi

    

Tetap Fokus Saat Last Minute dan Injury Time di Pertandingan Ramadhan

Oleh Fuad Riyadi

 Istilah Last minute dan Injury Time dalam dunia sepak bola sangat familiar. Tentu ada perbedaan makna Last minute dan Injury Time dalam sepak bola dan sepak terjang manusia khususnya saat Ramadhan. Meski berbeda, keduanya ada kemiripan dan selalu menghadirkan drama serta kejutan.

Last minute mengutip rujukan dari The American Heritage Dictionary of Idioms by The Christine Amner, last minute atau at the last minute diterangkan sebagai, at the latest possible moment or opportunity. Nyaris serupa, McGraw-Hill Dictionary of American Idioms and Phrasal Verbs mengartikannya menjadi, at the last possible chance; in the last few minutes, hours, or days. (www.kompasiana.com). Kata ini secara bebas diartikan sebagai, titik kesempatan dan peluang tersisa atau yang paling akhir. Sering kali dinyatakan secara dramatis atau berlebih-lebihan.

Sedangkan injury time dalam sepak bola dimaknai sebagai perpanjangan waktu. Perpanjangan waktu dilakukan sebagai pengganti waktu yang hilang akibat tertundanya permainan berupa pelanggaran-pelanggaran atau peristiwa lain yang mengganggu pertandingan. (Gaudensius Suhardi, https://mediaindonesia.com). Injury time sering menghadirkan mata air (asa) dan kadang menumpahkan air mata (luka). Menang dan menangis kalah sering ditentukan dalam perpanjangan waktu setelah tidak ada gol yang tercipta dalam waktu normal. Injury time pada dasarnya juga last minute.

Di situlah letak drama dan kejutannya. Karena hasil permainan itu dilihat endingnya, bukan awal atau tengahnya. Ada satu riwayat dari Sahl bin Saad ra., Nabi saw. Bersabda: “Al A’mal bil khawatim” (Amalan-amalan itu tergantung endingnya) (HR. Bukhari dan Ahmad).

Memang hidup seperti game (QS. Al-Hadid (57): 20), meski seperti game, manusia harus serius menjalankannya, karena jika dia tidak serius maka dia akan kalah dalam permainan, karena manusia diperintahkan Allah untuk menang dalam permainan kehidupan ini.

Jika dalam permainan ada Laws of the Game (LOTG), demikian juga ketika kita bermain di lapangan Ramadhan, pasti ada LOTG, yaitu aturan-aturan baku yang terkodifikasi dalam kitab Fikih. Ada aturan tentang durasi waktu Ramadhan, Sahur dan buka, foul (pelanggaran), kartu kuning (berkurang nilainya) bahkan kartu merah (batal) dll. Laws of the Game ini berlaku sejak awal pertandingan hingga akhir

Awal pertandingan Ramadhan, semarak marhaban (menyambut) nya, gegap gempita sorai tarawihnya, bejubel supporter masjidnya, bergam pernak pernik ucapan selamat bertebaran di Face Book, WhatsApps, Instagram dan media lainnya. Namun pemandangan kontras saat pertandingan berjalan separuh masa, apalagi memasuki last minute, terjadi kemajuan shaf, banyak supporter yang mulai meninggalkan tribun masjid, suara sorai semakin melemah dan kadang tidak sedikit suara cibiran “huuuu”.

Inilah Last minute yang diwaspadai, saat stamina melemah, konsentrasi menurun, mental tertekan akhirnya sering terlena, di mana semua hal dilakukan dengan terburu-buru, sibuk mengumpulkan segala sesuatu yang terkadang menyebabkan tujuan utama atau hal penting terlewatkan. Sehingga gegap gempita dan semarak sorainya bergeser dari masjid, surau maupun musholla ke mall, pasar, supermarket, mini market dan pusat-pusat perbelanjaan modern yang menawarkan promo, discount dan bonus. Akhirnya fokus untuk menyelesaikan pertandingan Ramadhan buyar.

Padahal kalau dicermati last minute Ramadhan adalah saat Allah swt menawarkan promo yang jauh lebih dahsyat, discount lebih besar dan bonus berlipat yang sulit dikalkulasi secara matematis.  Itulah Lailatul Qadr, malam yang lebih utama dari 1.000 bulan. Malam ketetapan tentang ukuran rezeki, ajal dan nasib manusia kedepan. Malam yang mengubah permainan menjadi sangat menarik, elegan dan berkelas. Malam penentuan menang atau kalah. Beramal di malam itu, mampu malampuai batas usia manusia normal. Lebih dari 1.000 bulan= 83,3 tahun= 30.000 hari = 720.000 jam =43.200.000 menit.

Coba bayangkan, tilawah 1 detik setara + 20 jam, Sedekah Rp. 100.000 setara dengan + Rp. 3.000.000.000 (tiga milyar) angka yang fantastis, shalat 1 rekaat setara dengan +1.000 rekaat, dan masih banyak beragam amal shaleh yang semua bakal mendapat upah berlipat-lipat ganda.

Maka, saat last minute jangan kasih kendor, agar tidak kebobolan dengan gol-gol sadis, yang pada akhirnya tereliminasi dari kompetisi Ramadhan dan menjadi pecundang “naudzubillah”. Harus tetap fokus, menguatkan tekad, menjaga keikhlasan niat, membersihkan hati dari hasad, tetap konsentrasi ibadah, konsistensi tilawah dan kontinyuitas ber amal shalih. Insya Allah orang-orang yang seperti inilah pemenangnya, mudah-mudahan kita, juaranya. Amiin

Share this Post: