Mengendalikan Diri di Bulan Ramadhan
Oleh Dr. H. Abdurrohman Kasdi, Lc, M.Si
Memasuki tahun 2020 ini, seluruh penduduk dunia dikejutkan oleh makhluk yang sangat kecil, tetapi kemudian dalam waktu yang begitu singkat, berkembang cepat menjadi wabah yang membahayakan dan oleh WHO dinyatakan sebagai pandemi. Hal tersebut menuntut umat Islam untuk selalu waspada, dengan menggali dan memperdalam pengetahuan tentang kesehatan dan cara melawan virus agar selamat dari pandemi Covid-19 (Corona) sekaligus tetap mampu memperkokoh dan menjaga keimanan.
Di tengah dituasi seperti ini, umat Islam sekarang sedang menjalankan ibadah puasa dan ibadah lainnya di Bulan Ramadhan. Al-Quran telah mengingatkan kepada kita supaya pandai menempatkan diri sebagai hamba Allah yang beriman di muka bumi yang fana ini. Allah SWT memberikan berbagai kendali untuk kehidupan kita ini, agar kita selamat dan terhindar dari berbagai malapetaka dalam hidup ini, di antaranya adalah firman Allah SWT: “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (Al-Baqarah: 45-46).
Dalam firman Allah SWT di atas, kita dituntut untuk dapat mengendalikan diri dengan 2 kendali dalam hidup ini, yaitu: sabar dan shalat, agar kita mendapatkan pertolongan, keselamatan dan perlindungan dari Allah SWT. Dua aspek ini, dua kendali ini, tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Sabar untuk tidak keluar rumah, kecuali dalam hal-hal penting, dan sabar untuk tidak memborong masker dan hand sanitizer, kecuali sesuai kebutuhan kita saja. Sabar untuk menerima Jenazah korban Corona untuk dimakamkan di kampung halamannya. Kita tetap berdoa semoga tidak ada korban, tetapi jika memang ada maka jangan sampai ada penolakan. Nalusi kemanusiaan kita harus terketuk dan empati ketika ada korban Corona di sekitar kita.
Imam Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin menjelaskan tentang sabar ini, paling tidak manusia harus memiliki: 1) Sabar dalam melaksanakan ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT; 2) Sabar dalam menerima segala bentuk cobaan dan musibah dalam hidup; 3) Sabar dalam menghindarkan diri dari berbagai cobaan, ujian dan tipu daya kehidupan duniawi; serta 4) Sabar dalam menghadapi segala bentuk dosa dan kemaksiatan.
Dalam menghadapi virus Corona ini, ada baiknya kita renungi ungkapan Ibu Sina dalam Kitab Al-Qonun fi Al-Tibb yang mengatakan: “Al-Wahmu nisyf al-da’, wa al-itmi’nanu nisyf al-dawa’, wa shabru bidayat al-syifa’.” Al-Wahmu nisyf al-da’ (Kepanikan Kegelisahan adalah separo dari penyakit), wa al-itmi’nanu nisyf al-dawa’ (Ketenangan kita dalam mengatasi masalah ini adalah separo obatnya), wa shabru bidayat al-syifa’ (Kesabaran keikhlasan kita menghadapi virus ini adalah awal kesembuhan kita).
Mengendalikan diri dengan kesabaran ini juga merupakan salah satu dari hikmah disyari’atkannya puasa di Bulan Ramadhan. Puasa mendidik kita untuk sabar dalam mengendalikan hawa nafsu. Perut besar merupakan tempat bersarangnya maksiat, jika kita kendalikan lewat proses ibadah puasa, maka langkah hidup ini akan menjadi lurus. Karena itu, jangan sampai kita berpuasa seperti orang yang dendam; siang kita mengendalikan nafsu, tapi begitu Maghrib nafsu kita turuti. Begitu bedug Maghrib berbunyi jadi mirip bendungan pecah, semua isi meja makan tumpah ke perut. Rasulullah bersabda, ”Tidaklah kalian beriman sehingga hawa nafsumu dapat dikendalikan dengan ajaran agama yang saya bawa.” (HR. Thabrani)
Puasa juga melatih kita sabar untuk hidup sederhana. Orang yang paling kaya itu sebenarnya orang yang hidupnya cukup, sedangkan orang miskin adalah orang yang kebutuhannya kelewat banyak tak pernah ada batasnya. Maka logis jika Allah Maha Kaya, sebab Dia tidak butuh apa-apa. Ketika berpuasa terutama di siang hari jam 1-3 siang, jangankan makanan enak, dalam bayangan kita, saat itu makanan yang biasa saja akan terlihat nikmat. Kita juga sering menumpuk makanan dan minuman memenuhi meja makan. Tapi ketika saat buka tiba, ternyata dengan seteguk air, sepotong roti, tiga butir kurma, sepiring nasi, rasanya sudah kenyang. Kalau kita renungi lebih dalam lagi, ternyata kebutuhan perut kita tidak sebanyak yang kita tumpuk dan kita kumpulkan. Kesadaran seperti itulah yang menjadi dasar dari pola hidup sederhana.
Demikianlah, kita berharap dengan sabar dalam menghadapi masalah kehidupan ini, sekaligus dengan ikhtiyar mengikuti petunjuk pemerintah dan ahli kesehatan dalam menanggulangi virus Corona dan tetap berdoa kepada Allah, tetap menegakkan sholat, melaksanakan ibadah puasa dan semua rangkaian ibadah lainnya di Bulan Ramadhan, semoga virus Corona ini cepat sirna dari muka bumi ini. Semoga saudara-saudara kita yang terinfeksi virus Corona, segera dapat disembuhkan, dan kita seluruh bangsa Indonesia dan kaum muslimin seluruh dunia, senantiasa diberi pertolongan oleh Allah SWT. Semoga kita tetap bisa merawat kualitas iman dan taqwa kepada Allah, agar kita diberi kekuatan dan ketabahan menghadapi berbagai ujian dan cobaan ini. Amin.