Loading...

Link & Aplikasi

    

Perkuat Ekosistem Kampus yang Egaliter, PSGA IAIN Kudus Gelar Seminar Pengarusutamaan Gender Bagi Mahasiswa

Blog Single

Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LPPM IAIN Kudus, menggelar seminar Pengarusutamaan Gender bagi mahasiswa yang dilaksanakan Rabu, 12 Juni 2024  (12/06/2024) di Aula Lantai 3 Gedung Laboratorium Terpadu IAIN Kudus.  Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber  pegiat gender yang tak asing bagi kalangan muda yaitu  Nur Hasyim M.A sebagai co-founder Aliansi Laki-Laki Baru dan Kalis Mardiasih dari Jaringan Nasional Gusdurian dengan moderator dosen prodi Tasawuf dan Psikoterapi, Erina Rahmajati, M.Psi. Acara ini juga dihadiri oleh 100 orang peserta pelatihan yang terdiri dari  perwakilan ORMAWA di lingkungan IAIN Kudus, mahasiswa Pasca Sarjana, Perwakilan organisasi  intra kurikuler di kampus dan tamu undangan BEM/DEMA/SEMA di kawasan Muria Raya.

Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Rektor 1 IAIN Kudus Prof. Dr. H. Ihsan M. Ag. Dalam sambutannya, beliau berharap dengan adanya kegiatan ini akan memperkuat komitmen IAIN Kudus sebagai kampus yang Responsif Gender, “IAIN Kudus Sebagai Kampus Responsif Gender, dituntut untuk melakukan penguatan dan peningkatan kapasitas civitas academica baik laki-laki maupun perempuan dalam isu gender dan anak” Imbuhnya. Termasuk mendorong sinergi seluruh elemen dalam Pengarusutamaan Gender.

Nur Hasyim dalam paparannya tentang urgensi dan strategi pelibatan laki-laki dalam advokasi isu gender memulai paparannya dengan meluruskan anggapan salah paham yang kaprah dari masyarakat yang menganggap gender semata merupakan persoalan perempuan. Pemahaman ini harus dikoreksi karena dalam berbagai persoalan gender, laki- laki sebenarnya terlibat tetapi tidak terlihat. “Proses pemberdayaan perempuan juga seringkali dilakukan tanpa melibatkan laki-laki padahal memperjuangkan keadilan gender sejatinya memanusiakan laki-laki “ tegasnya. Memanusiakan Laki-laki artinya membebaskan laki-laki sebagai objek, subordinat dan sebagai target kekerasan sekaligus memberikan pilihan bagi laki-laki agar dapat memilih cara non kekerasan dan perilaku positif untuk menunjukkan kelelakiannya. Mas Boim, panggilan akrabnya mengajak peserta untuk mengidentifikasi previlege dan kekuasaan laki-laki yang selama ini mereka terima. Seberapa sering merasa terancam dan insecure menjadi korban kekerasan seksual dan membandingkannya dengan apa yang dipikirkan perempuan. Secara runtut, ia menjelaskan langkah dalam menjadi laki-laki baru serta strategi pelibatan laki-laki dalam mewujudkan keadilan gender mulai dari perubahan pandangan personal, perubahan nilai sosial dan perubahan sikap dan perilaku laki-laki baik sebagai individu, pasangan maupun sebagai anggota masyarakat.

Sementara Kalis Mardiasih sebagai pegiat media, mengajak peserta seminar untuk bersikap kritis dalam mengawal dan mencermati jurnalisme bias gender di media. Mengambil beberapa contoh pemberitaan tentang perempuan di media, Mbak Kalis menunjukkan terjadi berbagai macam seksime yang dialami perempuan. Seksisme itu prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atau kelompok berdasarkan jenis kelamin atau gender tertentu. Ia menunjukkan beberapa pemberitaan tentang perempuan sering kali obyek prasangka sebagai makhluk penggoda, pengganggu dan sumber fitnah. Sehingga alih-alih pemberitaan mengedukasi masyarakat, yang terjadi malahan mengukuhkan subordinasi terhadap perempuan dan  menguatkan previlege dan kekuasaan laki-laki. “Jurnalis maupun media tidak semata-mata menyajikan suatu tetapi juga perlu cakap dalam mengombinasikan investigasi, mengolah, validasi data, serta framing berita” Tegasnya. Untuk mencapai representasi yang utuh, perempuan tidak cukup hanya ditampilkan dalam tayangan, tetapi harus terlibat dalam produksi pesan dan punya suara dalam pengambilan keputusan.

Acara semakin menarik dengan peserta yang antusias bertanya dan meminta strategi dan tip praktis  dari narasumber tentang PUG dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana membangun WhatsApp  Grup yang aman dari seksisme, Bagaimana mendorong laki-laki untuk speak up dan berkontribusi dalam kesetaraan gender. Kepala Pusat Studi Gender dan  Anak IAIN Kudus, Dr Hj Nur Mahmudah, MA dalam closing statement berharap para peserta menjadi garda depan di organisasi masing-masing dalam melakukan kerja-kerja mewujudkan ekosistem yang sensitif gender dan ramah anak. “ Mari kita wujudkan rumah kita bersama, IAIN Kudus sebagai Perguruan Tinggi Responsif Gender dengan memperkuat sinergi  dari berbagai unsur mulai pimpinan, Tenaga Pendidik, Tenaga Kependidikan dan mahasiswa. Kita harus merapatkan barisan (shaff) untuk berkontribusi mewujudkan peradaban yang berkeadilan”.  Pungkasnya menutup rangkaian acara.

Share this Post:

Galeri Photo