Tambah 3 Guru Besar, Kini IAIN Kudus MIliki 15 Profesor
Kudus – IAIN Kudus menyelenggarakan Sidang Senat Terbuka dalam rangka pengukuhan tiga Guru Besar pada Kamis (22/08) yang bertempat di Laboratorium Terpadu Lantai 5 IAIN Kudus. Acara ini menjadi momen penting bagi institusi karena tiga akademisi terkemuka resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang masing-masing.
Ketiga Guru Besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Moh. Rosyid, S.Ag., M.Pd. dalam bidang Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam, Prof. H. Wahibur Rokhman, S.E., M.Si., Ph.D. dalam bidang Ilmu Manajemen Bisnis Syariah, dan Prof. Dr. H. Ahmad Atabik, L.C., M.S.I. dalam bidang Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Dengan pengukuhan tiga Guru Besar ini, IAIN Kudus kini memiliki total 15 Guru Besar yang berkontribusi dalam pengembangan keilmuan di berbagai bidang.
Rektor IAIN Kudus Prof. Dr. H. Abdurrohman Kasdi, Lc., M. Si. dalam sambutannya menyampaikan ucapan selamat kepada ketiga Guru Besar yang baru dikukuhkan. Beliau berharap dengan pengukuhan ini, mereka dapat semakin memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan IAIN Kudus. "Semoga dengan bertambahnya Guru Besar di IAIN Kudus, institusi ini semakin berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam dunia akademik, terlebih sebentar lagi kita akan bertransformasi menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kudus," ujar Rektor.
Acara dilanjutkan dengan orasi ilmiah dari masing-masing Guru Besar.
Prof. Dr. Moh. Rosyid, S.Ag., M.Pd. menyampaikan orasi ilmiah dengan judul Akulturasi Budaya Religi: Kontribusinya dalam Menumbuhkan Sikap Moderat di Tengah Skisma dalam Islam. Dalam orasinya, Prof. Rosyid menekankan pentingnya akulturasi budaya religi dalam membangun sikap moderat dan menjaga keharmonisan di tengah perbedaan dan perselisihan dalam umat Islam.
Sementara itu, Prof. H. Wahibur Rokhman, S.E., M.Si., Ph.D. mengangkat tema tentang Kebahagiaan terhadap Produktivitas Kerja dalam orasi ilmiahnya. Beliau menyimpulkan bahwa kebahagiaan memiliki peran penting dalam keberhasilan di lingkungan kerja. Kepemimpinan dan etika kerja Islam, menurut Prof. Wahibur, menjadi faktor utama dalam menciptakan lingkungan kerja yang membahagiakan dan produktif.
Prof. Dr. H. Ahmad Atabik, L.C., M.S.I. menyampaikan orasi ilmiah dengan judul Auto-antonimi (al-A?d?d) dalam Al-Qur'an: Mengurai Problematika Terjemahan Versi Kementerian Agama Republik Indonesia. Dalam paparannya, Prof. Atabik menjelaskan bahwa auto-antonimi, yaitu sebuah kata yang memiliki dua makna kontradiktif, merupakan fenomena menarik dalam kajian semantika teks Al-Qur'an. Hal ini, menurutnya, berperan strategis dalam mempengaruhi hasil interpretasi Al-Qur'an, terutama dalam konteks penerjemahan.