Rumuskan Peradaban Moderat Jawa Pesisir, IAIN Kudus selenggarakan Workshop Moderasi Beragama
Sebagai salah satu kampus yang berdiri di pesisir pantai Utara, IAIN Kudus merasa memiliki tanggung jawab besar dalam mengenali peradaban moderat Jawa pesisiran. Bersama dengan Lakpesdam NU, IAIN Kudus memberikan pemahaman kepada para dosen terkait hal itu pada, Senin (19/6/2023) pagi.
Pada acara yang didominasi oleh peserta dari kalangan dosen-dosen muda itu mangapresiasi terhadap tema spesifik yang diangkat karena dianggap menjadi sebuah keresahan yang muncul dari keadaan lokal wisdom.
Dalam sambutannya Rektor IAIN Kudus, Prof Abdurrahman Kasdi menuturkan, Kudus sendiri sudah memiliki model keberagamannya yang sudah moderat. Hal ini diperkuat oleh lokal wisdom Gusjigang yang diwariskan oleh Sunan Kudus.
"Gusjigang artinya adalah bagus mengaji dan pintar berdagang. Hampir rata-rata masyarakat Kudus seperti itu, bahkan mahasiswa-mahasiswa IAIN Kudus juga banyak yang kuliah sambil berbisnis," paparnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Studi Ilmu Terapan, Budaya dan Moderasi Beragama Institus Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus, Abdul Jalil yang hadir sebagai moderator menuturkan, IAIN Kudus dengan sayap Pusat Studi Islam Terapan Moderasi dan Budaya memiliki konsentrasi untuk mengembangkan moderasi Islam. Sampai saat ini ketika berbicara tentang moderasi maka akar moderasi itu sebagian dibangun dari rujukan Al-Qur'an dan Sunnah.
"Dalam konteks terapan kita tidak bisa langsung merujuk sumber primer saja tetapi harus ada pembenaran kultural dan historis. Yang paling dekat adalah mencari pembenaran historis, epistemologi moderasi Islam dari sumber-sumber yang legitimasi di daerah pesisiran," paparnya.
Ia berharap setelah ditemukan basis epistemologinya maka dapat dikembangkan menjadi riset dan pembelajaran berbasis peradaban yang dimiliki, dan kultur yang sudah mengakar dalam masyarakat. Sehingga dengan sendirinya moderasi menjadi kuat dan tidak tercerabut dari masyarakat.
"Semoga IAIN Kudus juga dapat menjadi pusat studi pesisiran yang sampai saat ini di Indonesia belum ada. Dan telah disepakati bersama akan dibentuk pusat studi pesisiran bersama yang bekerjasama dengan Lakpesdam NU, dan Nursyam Center," ungkapnya.
Dihubungi secara terpisah Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan LPPM IAIN Kudus, Aat Hidayat menuturkan, diselenggarakannya acara itu bertujuan agar para dosen IAIN Kudus dapat mengenal sejarah dan identitas Islam Pesisir yang menopang karakter serta paradigma Islam Mlmoderat di wilayah Jawa Tengah.
"Selain itu, spirit dan inspirasi dari kegiatan ini diharapkan dapat memantik para dosen sebagai akademisi dan peneliti untuk menggali local wisdom Islam pesisir, merumuskan, dan mengenalkannya ke dunia global." imbuhnya.
Sekretaris LPPM IAIN Kudus, Mualimul Huda juga menyampaikan, kegiatan tersebut sebagai bentuk komitmen dan mendukung program prioritas Kementerian Agama dalam rangka penguatan serta implementasi moderasi beragama.
"Kegiatan ini menjadi wahana bagi civitas akademika IAIN Kudus untuk membangun pemahaman, paradigma, kultur dan metodologi moderasi yang tepat untuk mengelola potensi, peluang dan tantangan peradaban pesisiran Jawa Tengah," pungkasnya.
Dalam acara tersebut juga dihadiri narasumber lain yakni guru besar Universitas Sunan Ampel Surabaya, Prof Nur Syam yang berfokus pada pembahasan pesisiran.
Salah satu Dosen peserta workshop, Cihwanul Kirom, menyampaikan kesan bahwa kegiatan tersebut banyak mengulas dan menemukan khazanah baru serta memperbarui cara pandang kita dengan nilai-nilai moderasi Islam.
"Alhamdulilah kajian yang asyik dan penuh antusias dari para pakar dan ahlinya ahli. Prof Nur Syam dengan Islam pesisirnya dan KH. Ulil Abshar Abdalla dengan geneologi peradaban Islam dari masa ke masa. Kajian ini mengajak kita menyelami tentang corak Islam dari berbagai dimensi,tasawuf, fiqih, sosial dan juga peradaban.
Editor: Mualimul Huda
Kontributor: Afina Izzati