Link & Aplikasi

    

Menjawab Tantangan Era Disrupsi, Prodi Manajemen Dakwah Gelar Seminar Progres Manajemen Haji Dan Umroh

Blog Single

Di era yang serba digital menuntut segala macam pelayanan lebih mudah dan praktis. Hal ini menjadi tantangan untuk para pihak yang terkait dalam pelayanan umroh dan haji.  Untuk menjawab tantangan tersebut, Prodi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Islam IAIN Kudus menyelenggarakan seminar nasional dengan tema “Progres Manajemen Haji dan Umroh Dalam Era Disrupsi 4.0.  di Aula lantai 2 Gedung SBSN Fakultas Tarbiyah  pada Senin (29/07/2019).

Wakil Rektor I Dr. Supa’at, M.Pd membuka seminar ini dan menjadi narasumber pertama. Beliau membagikan pengalamannya selama menjadi panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) tahun 2018.

“Masalah haji itu kompleknya bukan main” ungkap Supaat. Kerumitan disini dikarenakan ibadah haji tidak berhenti dalam permasalahan ibadah saja, tetapi banyak aspek yang juga terlibat dalam penyelenggaraan haji, mulai dari aspek ekonomi, aspek politik, aspek sosial, dan lain sebagainya. Tiga hal penting yang menurut beliau sangat menguras tenaga yaitu saat menangani masalah tranportasi, penginapan dan makan para jamaah.

Tercatat pada tahun 2019 kuota haji indonesia menjadi 231.000 jamaah. Meningkatnya jumlah jamaah tiap tahunnya serta dengan geografis yang tetap menjadi tantangan tersendiri.

“Dari tahun ke tahun tantangan haji luar biasa, tentu menuntut pengelolaan lebih canggih” lanjutnya.

Tingginya minat terhadap haji, menyebabkan masa tunggu pemberangkatan semakin lama. Hal ini menjadikan bisnis  umroh menjadi sangat menjanjikan, karena banyak yang memilih untuk menjalani ibadah umroh sembari menunggu masa pemberangktan. H. Muhammad Zubad, M.HI direktur AW Travel Haji dan Umroh mengharapkan mahasiswa manajemen dakwah nantinya dapat ikut berperan dalam dalam pelayanan haji dan umroh.

Menanggapi permasalahan yang muncul dalam haji, beliau  menuturkan permasalahan muncul berasal dari peserta. “65% jamaah Indonesia yang berangkat haji sudah berusia lanjut”. Banyaknya rangkaian  kegiatan dan aturan dari persiapan haji hingga pemberangktan sudah menghabiskan banyak tenaga dan pikiran. Disiah para petugas PPIH berperan membantu para jamaah dalam menjalankan ibadah.

Munculnya beberapa masalah mentut adanya perubahan, apalagi perubahan era industry 0.1 hingga 0.4 menjadi tantangan bagi kita. “Perubahan pasti terjadi, dari sini seberapa besar kesiapan kita dalam menghadapi tantangan tersebut” lanjutnya. Menurut beliau perubahan digitalisasi dapat terlihat apabila segala sesuatu menjadi lebih mudah dan dan dapat menghemat biaya.

Dr. H. M. Nafis, M. Sebagai narasumber ketiga menguatkan bahwa harus ada perubahan digitalisasi untuk pelayanan jamaah haji, “Fasilitas ibadah, shopping, transportasi, akses komunikasi, akses kuliner, akses keuangan semuanya harus ada di HP masing-masing jamaah” ungkapnya. Dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dalam sebuah sistem online dari KBIH atau dari pemerintah.

Beliau menekankan di era perubahan ini, para pembimbing haji jangan hanya menitikberatkan tentang sahnya haji dan menjadikan haji yang mabrur, tetapi juga haru memaknai haji itu sendiri. Harus ada perubahan orientasi bagaimana orang naik haji dan pulang haji menjadi semakin islami. Haji menjadi entry point untuk pengislaman. “Tidak berheti di islamized atau islamisazing person, haji sebagai entry point untuk mewujudkan sebuah kesejahteraan islam”, pungkasnya.

Share this Post: