Manfaat dan Evaluasi Puasa Ramadhan
Oleh M. Arif Hakim, M.Ag.
“Apakah puasa kita termasuk puasa orang awam, khas atau khawasul khas?”
Puasa Ramadhan hanyalah salah satu dari sekian banyak macam puasa dalam Islam. Namun memang puasa Ramadhan terasa lebih berkesan dibandingkan puasa lainnya. Ini karena puasa Ramadhan merupakan kewajiban muslim sesuai dengan syaratnya dan dilaksanakan di seluruh dunia.
Semua jenis puasa baik sunnah dan wajib memiliki kesamaan prosedur pelaksanaan. Begitu pula larangan dan anjuran yang mengiringinya. Namun demikian, motif dan manfaatnya tentu saja bervariasi.
Semua jenis puasa seharusnya diniatkan mengharapkan ridho Allah SWT. Puasa adalah ibadah eksklusif sebagai perwujudan ketaatan dan keimanan manusia sebagai hamba dari penciptanya. Eksklusif maksudnya hanya Allah SWT dan yang menjalankan puasa saja yang mengetahui, sebagaimana hadits Qudsi, “Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya”. Dikatakan sebagai eksklusif karena bagi mereka yang tidak paham makna puasa, akan merasakan sebagai siksaan dan penderitaan. Yang didapatkan hanya lapar dan haus. Apalagi bagi mereka yang berpuasa di wilayah dengan 18 jam waktu siang seperti di Kazakhztan dan Inggris, 19 jam di Finlandia, 20 jam di Rusia, bahkan 21 jam di Denmark, Norwegia, Swedia, dan Islandia.
Kenapa masih saja ada orang yang mau berpuasa meskipun berat? Selain keimanan dan ketaatan, puasa menghasilkan banyak manfaat. Nabi Muhammad SAW menyebutkan, “Berpuasalah kamu agar kamu menjadi sehat”. Tidak hanya sabda nabi tapi banyak ilmuwan juga menemukan banyak manfaat puasa. Di antaranya adalah seorang orthomolecular psychiastrists dunia bahkan menulis buku yang menyebutkan bahwa puasa bermanfaat dari sisi medis untuk mengistirahatkan sistem pencernaan dan saraf pusat serta menormalkan metabolism tubuh. Menurutnya, penyakit yang menyerang tubuh bagian dalam, obatnya juga harus dari tubuh bagian dalam. Dan masih banyak peneliti dunia yang bahkan sampai saat ini menemukan banyak keajaiban puasa. Di Kudus bahkan terdapat seorang dokter, dr. H. Amin Sudjari, yang sering memberikan terapi sehari puasa dan sehari tidak puasa (dalam Islam: puasa sunnah Daud) kepada pasien-pasiennya, baik muslim maupun non muslim. Dan mereka banyak yang merasakan manfaatnya dalam proses penyembuhan.
Dari banyaknya manfaat ini, sebetulnya terdapat tingkatan puasa menurut Imam Ghazali yaitu puasa orang awam, khas dan khawasul khas. Puasa orang awam hanya menahan dan menjaga hal-hal yang membatalkan puasa. Puasa khas lebih menjaga penglihatan, pendengaran, hati, dan semua anggota badan dari perbuatan dosa. Puasa khawasul khas lebih kuat lagi menahan pikiran untuk tidak memikirkan hal-hal keduniawian dan hanya fokus pada Allah SWT saja. Apakah puasa kita termasuk puasa orang awam, khas atau khawasul khas?