SHIYAM DAN QIYAM
Oleh Suhadi, M.SI.
Islam adalah mengikrarkan kalimah Syahadat. Setelahnya, maka dua ibadah berikutnya adalah pondasi utama. Dua ibadah ini ibarat 2 saudara yang akrab, seiring sejalan. Nabi menyabdakan bahwa Islam ditegakkan atas 3 hal tersebut (HR. Abu Ya’la dan Addailamy).
Ada lagi dua saudara yang lain, zakat dan haji, keduanya ibarat saudara kembar yang jarang keluar karena terkait kekayaan dan kemampuan. Itulah falsafah Jawa yang adiluhung ketika menamsilkan rukun Islam sebagai Pandawa lima (Puntodewo dengan senjata Kalimo Sodo, Werkudoro yang tegak berdiri, Arjuno yang sakti dan Nakulo Sadewo yang kembar).
Berbicara tentang dua ibadah yang akrab dan seiring sejalan yaitu salat dan puasa, Allah berfirman; “Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat” (QS. Al Baqarah: 45). Imam Thabary menyebutkan dalam salah satu tafsirnya, sabar maksudnya adalah puasa.
Puasa dan salat seringkali disebut dengan shiyam dan qiyam. Ada dua hadis populer yang mirip redaksinya; man shama ramadlana imanan wahtisaban, ghufira lahu ma taqaddama min dzanbih dan man qama ramadlana imanan wahtisaban, ghufira lahu ma taqaddama min dzanbih (siapa melakukan shiyam/qiyam di bulan Ramadlan dengan iman dan mengharap pahala maka terampuni dosa-dosanya yang lalu).
Shiyam dan qiyam adalah dua lelaku utama bagi setiap muslim untuk menapak jalan menuju Tuhan. Qiyam adalah jalan ramai sedangkan shiyam adalah jalan sunyi. Qiyam adalah jalan dhahir dengan serangkaian bacaan dan gerakan yang kasat mata sedangkan shiyam adalah jalan batin, tanpa suara, tanpa rupa. Kedua jalan ini harus ditempuh oleh seorang hamba sebagai prosesi penyucian ragawi dan rohani demi untuk menyerap secercah cahayaNya.
“ Ya Allah, berilah cahaya di hatiku, cahaya di telingaku, cahaya di mataku, cahaya di belakangku, dan cahaya di kiriku, cahaya di depanku, cahaya di kananku, cahaya di atasku, cahaya di bawahku, berilah aku cahaya”. Demikian bimbingan doa dari baginda Nabi ( HR. Muslim).
Diharapkan ketika seorang hamba telah menyerap secercah cahayaNya, maka akan berpendarlah sinar warna warni dari dirinya, memberi keindahan kepada sesamanya sebagai kerahmatan bagi alam seisinya, menciptakan surga di muka bumi sebagai amanat estafet kekhalifahan yang awalnya disandang oleh leluhur kita; nabi Adam Alaihis salam. Tuhan berkenan mentransitkan nabi Adam ke surga agar sang leluhur kita mempunyai gambaran yang utuh dan nyata tentang surga, dengan segala keindahan dan kedamaiannya untuk diterapkan di alam dunia.
Bulan ini adalah momentum untuk merengkuh gilang-gemilang cahaya tuhan sebanyak-banyaknya dan menebarkannya kembali dalam pelbagai pesona kepedulian, welas asih dan kasih sayang. Selamat menempuh shiyam dan qiyam di bulan Ramadlan.