Berkah Untuk Bumi, Refleksi Bagi Kami
Oleh: Muhamad Imaduddin
Bulan suci ramadhan tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Masyarakat dunia tengah berada pada kondisi pandemi karena persebaran COVID-19. Ramai riah ramadhan tidak sperti tahun-tahun sebelumnya. Masyarakat dihimbau untuk melaksanakan ibadah di tempat tinggalnya masing-masing ataupun menghindari agenda dengan pengerahan massa. Kebijakan social dan physical distancing juga telah diterapkan sejak awal persebaran virus ini. Sedih memang melihat kondisi ramadhan yang tidak seperti biasanya. Meskipun demikian, ibadah di tengah kondisi pandemi ini harus tetap berjalan tanpa ada pengecualian.
Ramadhan tidak lagi seramai biasanya dengan banyaknya penjual takjil di pinggir jalan. Beberapa daerah juga telah mengambil kebijakan untuk melaksanakan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar. Ini adalah aturan yang diterbitkan oleh pemerintah melaui PP Nomor 21 Tahun 2020 Pasal 1. Pembatasan Sosial Berskala Besar merupakan pembatasan kegiatan tertentu dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). PSBB itu sendiri merupakan salah satu strategi pemerintah dalam mencegah kemungkinan penyebaran virus corona, yang mana juga telah tertuang di dalam aturan PMK Nomor 9 Tahun 2020. Dengan adanya ragam aturan terhadap pencegahan persebaran Covid-19, nuansa ramadhan benar-benar tidak sama dengan sebelumnya. Majelis taklim ramadhan jumlahnya juga tidak sebanyak sebelumnya. Agenda buka bersama, tarawih keliling, serta agenda sahur di jalanan juga tidak seperti sebelumnya.
Tidak hanya nuansa ramadhan yan berubah, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang ada di masyarakat juga turut dipengaruhi. Jabat tangan menjadi tidak lazim dilakukan pada kondisi saat ini. Pasar tradisional dan malll besar tidak lagi seramai sebelumnya yang dipenuhi oleh para pembeli yang bersiap-siap menyambut hari raya. Terminal tidak lagi tumpah ruah dengan para pemudik yang ingin kembali ke kampung halamannya. Sekolah-sekolah tidak lagi mengadakan pesantren kilat di aulanya. Cafe dan restoran tidak lagi ramai dan antri saat menjelang berbuka puasa.
Di sisi lain ada hal-hal yang begitu positif di tengah pandemi ini. Bumi sedang berada pada kondisi terbaiknya. Pandemi ini menyiratkan seolah-olah bumi sedang mengrimkan pesan indahnya kepada manusia, “Tolong berhenti sejenak!. Berhenti sesaat untuk mengeksploitasiku!. Berhenti merusak diriku!. Berikan waktu sejenak agar aku dapat bernafas dan pulih atas berbagai kerusakan yang engkau perbuat!.”
Dilansir dari Tehran Times, untuk pertama kalinya secara berturut-turut, emisi gas rumah kaca, konsumsi bahan bakar fosil, lalu lintas udara, darat dan laut secara drastis telah menurun. Kondisi ini menjadikan emisi gas rumah kaca pada Maret 2020 sama dengan kondisi pada tahun 1990-an, 30 tahun yang lalu. Menurut Darvish, kondisi kita yang saat ini tidak banyak melakukan pergerakan dan mobilisasi, menjadikan alam dan lingkungan luar lingkungan sedikit terdampak pada jumlah polisi suara dan gempa bumi. Darvis juga memaparkan bahwa sekitar 3,5 miliar orang di bumi berkendaraan dengan kereta api, mobil, pesawat, kapal dan alat transportasi lainnya setiap hari. Selain itu dampak tekanan pada kerak luar bumi juga diakibatkan oleh gerakan dan kegiatan konstruksi semacam tambang.
Selain pada kerak bumi, atmosfer bumi juga semakin membaik. Salah satu komponen penting penyebab lapisan ozon berlubang adalah adanya gas chlorofluorocarbon (CFC) yang digunakan di dalam kulkas dan semprotan. Terdapat laporan bahwa pergerakan satelit, pesawat terbang, rudal dan kegiatan semacam itu juga dapat mempengaruhi lapisan ozon. Beberapa di antaranya secara alami telah menurun tajam selama dua bulan terakhir ini karena efek pandemi.
Selain itu, bumi juga sedang merayakan kondisi terbaiknya pada keanekaragaman hayatinya. Menurunnya keberadaan manusia di daerah dan habitat alami sejak munculnya pandemi virus corona, menjadikan kehidupan satwa liar semakin membaik. Populasi satwa liar di berbagai negara sebelumnya telah menurun dari 29 hingga 40 persen selama dekade terakhir. Perbaikan kualitas kehidupan dan peningkatan populasi satwa liar juga muali tampak sejak pandemi berlangsung. Jumlah wisatawan pada habitat alami, kondisi industri wisata alam juga dipengaruhi adanya pandemi ini. Jumlah aktivitas berkemah dan berwisata alam semakin berkurang dan mempengaruhi perbaikan kondisi keanekaragaman hayati yang ada di bumi.
Bumi sedang senang dan merayakan kondisi terbaiknya saat ini. Allah telah menunjukkan sisi lain dari adanya pandemi ini. Allah telah memberikan pencerahan bagaimana Bumi menjadi semakin baik dengan adanya kondisi seperti ini. Kondisi yang memang harus benar-benar dirayakan bagi bumi. Bumi semakin membaik kondisinya. Tempat tinggal manusia sedang diperbaiki agar lebih nyaman untuk ditinggali.
Ramadhan kali ini patut disyukuri, mengkondisikan syukur kita atas berbagai kondisi yang ada. Kebijakan untuk bekerja di rumah, menjadikan anggota-anggota keluarga menjadi semakin erat dan dekat secara emosional. Kebijakan untuk belajar dari rumah menjadikan guru ataupun pendidik semakin melek teknologi dan mengeksplorasi teknologi untuk diterapkan dalam pembelajaran. Kebijakan belajar dari rumah, menjadikan siswa lebih harus mengatur pencapaian dirinya dengan terget-target yang direncanakan, menumbuhkan sikap kemandirian dalam belajar, serta menngembangkan sikap pengambilan keputusan. Bagi para tenaga medis, perlu disyukuri bahwa dengan adanya kondisi seperti ini, keterampilan mereka benar-benar dilatih. Kecerdasan dalam mengahadapi situasi seperti ini sedang ditempa. Allah sedang menginginkan kita untuk berinovasi dengan ragam IPTEK dengan cepat. Menguji kita dengan kondisi pandemi ini agar manusia dapat mengoptimalkan seluruh potensinya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan pada kondisi seperti ini.
Bulan ramadhan kali ini penuh dengan tantangan dan hikmah yang kita peroleh dengan kondisi yang jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Ramadhan yang akan segera berakhir mengharuskan kita merefleksikan apa yang kita kerjakan selama ini, dan apa yang akan kita kerjakan ke depannya. Bahagia atau tidaknya kita pada kondisi saat ini, bergantung pada diri kita sendiri. Jika kita bersyukur, maka kita akan bahagia. Jika kita mengeluh, maka kita akan bersedih. Bersyukur dengan segala kondisi artinya bukan sekedar kalimat “alhamdulillah” tanpa realitas. Bersyukur bukan sekedar lisan tanpa hati, bukan sekedar pikiran tanpa selaman makna. Syukur adalah karakter, watak dan sifat serta perilaku penghambaan.
Melihat lebaran bertahun-tahun sebelumnya, suasana Idul Fitri tahun ini akan menjadi berbeda. New Lebaran, kita harus kembali menghayati makna Idul Fitri yaitu mensucikan diri. Sungguh luar biasa dengan kondisi seperti ini. Kondisi ini seperti halnya alam membersamai dalam mensucikan diri bersama datangnya ramadhan, meski entah kapan bumi ini selesai dengan prosesnya. Secara psikologis, kita harus menerima kondisi bahwa situasi Idul Fitri tahun ini akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, meskipun kita sulit dan cenderung menyangkalnya.
Bagaimana kita bersyukur dengan kondisi pandemi seperti ini. Bagaimana kita akan menyambut bulan fitri yang akan datang sebentar lagi. Jika kita mensyukuri dengan kondisi saat ini, maka seharusnya kita dapat mendisiplinkan diri. Mensyukuri kondisi ini dengan mendisiplinkan diri. Mendisiplikan diri dengan beragam prosedur yang merupakan upaya untuk menguruangi persebaran virus dan memperburuk kondisi pandemi. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menjaga kondisi jarak fisik dan kontak perlu dilakukan. Mengantisipasi kondisi dengan meminimalisir kerumunan dan mobilitas diri. Intinya, kita harus menerima kondisi lebaran atau Idul Fitri tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Sebagai manusia kita dituntut untuk memikirkan alternatif-alternatif lain untuk mencapai apa yang kita harapkan. Jika kita masih mengaharapkan silaturahmi pada Idul Fitri tahun ini, kita taidak harus bersilaturahmi secara langsung. Kita dapat memanfaatkan teknologi untuk mengadakan pertemuan melalui video meeting. Jika kita terbiasa membawa bingkisan untuk hadiah lebaran, kita bisa menggantinya dengan mengirimkan bingkisan tersebut. Jika kita terbiasa makan bersama di keluarga besar, maka kita bisa mencoba untuk memasak bersama keluarga kecil yang ada.
Ramadhan tidak membersamai kita sepanjang tahun. Meskipun demikian, semangat ramadhan harus tetap ada sepanjang tahun. Istiqomah dan semakin meningkatkan kualitas ibadah, perlu dilakukan sepanjang waktu. Pandemi ini merupakan tantangan dan pengalaman yang berharga dalam menjalani Ramadhan, serta dalam menyambut hari raya Idul Fitri tahun ini. Pengalaman ini suatu saat akan bisa diceritakan kepada anak cucu kita. Kondisi di mana lebih nyaman lebaran tanpa berjabat tangan, lebaran tanpa harus bersalam-salaman, lebaran tanpa bepergian. Bersama bumi yang juga sedang “merayakan” kondisinya saat ini, Idul Fitri kali ini akan menjadi momen berharga menemukan kembali makna ramadhan dalam megendalikan diri, serta Idul Fitri sebagai kondisi kembali menyucikan dan meningkatkan kualitas diri sebagai hamba Allah yang ada untuk menjaga bumi ini.