Link & Aplikasi

    

Tulislah Takdirmu Pada Saat Lailatul Qadr

Oleh Fuad Riyadi, Lc., M.Ag

Berbicara tentang takdir, menarik untuk dikaji. Karena dia adalah misteri, sebagaimana Lailatul Qadr juga misteri. Teka-teki manusia dalam menyusuri takdir hidupnya yang serba tidak pasti endingnya, hanya sekedar prediksi. Takdir adalah hak prerogatif Allah yang tak seorangpun mampu menggugatnya. Ibn Athaillah dalam kitab al Hikam dengan lugas mengatakan `Sawabiqul Himam La Takhriq Aswaral Aqdar` Kekuatan semangat yang luar biasa tidak bisa menembus pagar takdir.

Sudut pandang manusia terhadap takdir menjadi sempit karena tertutupi oleh hukum sebab akibat. Karena hal itu lebih tampak logis dan selaras dengan nafsu yang wujudnya hasrat, cita cita, harapan, ambisi, kehendak, semangat, pengagungan akal fikiran dan sebagainya. Semua itu bisa saja menutupi hati dari melihat kekuasaan, urusan dan takdir Allah. Nafsu dengan beragam wujud akan memperalat akal untuk melaksanakan dan mewujudkan ambisinya sehingga sulit menerima kenyataan takdir.

Mungkin di era milenial ini banyak orang tidak akan sepakat dengan statemen Ibn Athaillah, tetapi secara faktual dan logis, itu benar-benar terjadi. Sekuat apapun upaya seseorang untuk merencenakan masa depan tidak akan bermanfaat jika tidak sejalan dengan takdir Allah. Allahlah penentu seluruh jalan makhluk hingga yang paling detil sekalipun. Lahirnya manusia ke dunia, siapa orangtuanya, bagaimana rezekinya, ke tempat mana saja yang akan dikunjungi, siapa jodohnya, berapa anaknya, penyakit apa yang dideritanya, kapan ajalnya, termasuk apakah dia akan terkena Covid 19 atau tidak, semuanya sudah ditakdirkan.

Meski dinding takdir (Mubram/Azali) tidak bisa dikoyak, namun Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk merevisinya selama masih dalam bingkai takdir muallaq tentu di bawah kontrol hak prerogatif Allah.

Dalam Al Quran surat ar Ra`d: 39, Allah berfirman: `Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Umm al-Kitab (Lauh Mahfuzh)`.  

Selain Al Quran, Hadits Nabi saw menyebutkan:`Tidaklah merubah suatu takdir melainkan doa`

Terus, apa keterkaitan dengan penulisan takdir dan lailatul Qadr?

Menurut Quraish Shihab, kata Qdar (قﺩﺭ) sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Al Qur`an dapat memiliki tiga arti yakni: Penetapan dan pengaturan, Kemuliaan dan Sempit.

Salah satu makna al Qadr sudah cukup memberikan jawaban sirnergitas antara kehendak dan takdir. Penggunaan Qadr sebagai ketetapan dapat dijumpai pada surat Ad-Dukhan ayat 3-5 : `Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kamia`.

Dahsyatnya Lailatul Qadr yang mampu mengungguli amalan seribu bulan menjadi buruan bagi pecintanya. Betapa tidak, bekerja semalam, upahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan 83 tahun lebih. Bukan hanya itu, Lailatul Qadr juga sebagai momentum umtuk menulis kehidupan di atas lembaran-lembaran takdir. Takdir apa yang akan ditulis manusia? Apakah dengan hura-huranya? Ataukah dengan optimalisasi ibadahnya?.

Alangkah indahnya, tatkala tinta takdir digoreskan, manusia dalam titik nadir kepasrahan, tenggelam dalam munajat, qiyamul lail, tilawatul Quran, sedekah serta dzikir dan doa.  Ayolah, tulis takdir indahmu di malam itu!

Share this Post: