Ramadhan Mendidik Kita
Oleh Drs. Muhammad Afif,M.Pd.I
amadhan, bulan edukasi yang mengajarkan kaum Muslim untuk melakukan perbaikan diri dan peningkatan moral. Juga mengajarkan kesabaran di dalamnya. Sabda Nabi saw, “Berpuasalah pada bulan kesabaran, Ramadhan.” Kesabaran adalah gerbang menuju setiap kebajikan, dan sebab bagi terselenggaranya semua kebaikan –yang merupakan hadiah besar dari Tuhan. “Tidaklah Tuhan memberikan suatu karunia yang lebih luas dari kesabaran.” (HR. Abu Daud).
Kesabaran mengedukasi individu untuk memperkuat keinginan manusiawi: sabar dalam menahan syahwat, sabar dalam mengagungkan syi’ar Allah, dan sabar dalam menghindari larangan-Nya. “Dan barang siapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32).
Siapapun yang sabar dalam puasa, untuk hal-hal yang mubah, ia dapat menjauh dari hal-hal terlarang. Demikian juga bersabar dalam menjaga kontinuitas ketaatan, baik berupa shalat, qiyam, berpuasa dan membaca Alquran, dan berdoa saat sahur, memperbanyak dzikir dan istigfar, berbakti dan kebajikan, menyambung silaturahim, murah hati dan memberi makan, dan giat menghadiri majelis ilmu, kesemuanya termasuk taqarrub.
“Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah kamar yang terlihat bagian luarnya dari dalam dan bagian dalamnya dari luar, lalu seorang Badui bertanya, “Untuk siapakah itu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Untuk orang yang perkataannya baik, suka memberi makan, membiasakan puasa dan shalat malam ketika manusia tidur.” (HR. Al-Turmudzi)
Berlemah lembut dalam perkataan, menghindari fitnah dan gosip termasuk amal saleh yang telah kita biasakan di bulan Ramadhan, karena rasa takut kepada Allah. “Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18).
Di antara nilai Ramadhan yang diperkuat adalah pengawasan Allah untuk menjaga kesehatan puasa, dan yang mengajarkan kita untuk mematuhi-Nya, menjaga amanat-Nya, dan serius dalam beramal. Hingga dapat hidup bahagia dan maju bersama lingkungan kita. Kita belajar di bulan Ramadhan bahwa hidup adalah arena kompetisi untuk amal kebaikan, memanfaatkan waktu, dan berlomba dalam ber-taqarrub. “Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan.” (QS. Al-Baqarah: 148).
Sebagai Muslim menjalani hidup dalam beribadah dan ketaatan, amal dan berkarya, mengajar dan belajar. “Wahai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya.” (QS. Al-Insyiqaq: 6). Apa yang kita usahakan dan perbuat akan kita temukan yang baik atau buruknya dari apa yang kita kerjakan. Dengan demikian kita menyadari nilai waktu dalam kehidupan, dan segera melakukan investasi terbaik untuk kebahagiaan dunia-akhirat. “Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan paling besar pahalanya.” (QS. Al-Muzammil: 20).
Aisyah ra berkata, “Adalah Rasulullah jika berbuat sesuatu, beliau memantapkannya.” Beliau saw juga menginstruksikan para sahabat agar memantapkan ibadah dan kontinu dalam berbuat kebaikan. “Cara melakukan agama yang paling dicintai Allah adalah yang pelakunya kontinu mengamalkannya.” (HR. Muttafaq Alaih)
Melalui edukasi Ramadhan, seorang Muslim menemukan jiwanya, tahu hakekat ketaatan, menyadari nikmatnya munajat, merasakan manisnya iman, dan bergantung pada Allah; berpegang pada apa yang telah dibiasakan dari amal saleh di bulan Ramadhan. “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35).