Link & Aplikasi

    

Ramadhan dan Optimisme di Tengah Pandemi Covid-19

Oleh: Dr. Hj. Anita Rahmawaty, M.Ag.

Bulan Ramadhan adalah bulan istimewa bagi umat Islam. Bulan agung ini senantiasa ditunggu-tunggu kehadirannya oleh seluruh umat Islam di dunia, terlebih di Indonesia. Ramadhan disebut juga syahrul Qur’an karena al-Qur’an pertama kali diturunkan pada bulan Ramadhan. Ramadhan hadir sebagai bulan suci penuh rahmat (syahrul rahmah), bulan ampunan (syahrul maghfirah) dan bulan keberkahan (syahrul mubarak). Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pada sepuluh malam pertama bulan Ramadhan tercurah rahmat, kemudian pada sepuluh malam kedua berlimpah maghfirah dan pada sepuluh malam yang ketiga adalah itqun minannar (pembebasan dari api neraka). Seluruh umat Islam berlomba-lomba untuk bertaqarrub kepada Allah SWT dengan mengoptimalkan amal ibadah untuk menggapai rahmah, keberkahan dan maghfirah-Nya.

Namun, Ramadhan tahun ini terasa berbeda dari bulan puasa tahun-tahun sebelumnya. Nuansa ngabuburit ala anak muda tidak lagi terlihat di sudut-sudut kota, acara “Bukber” yang biasanya dimeriahkan oleh para remaja tidak lagi dijumpai, shaf-shaf yang berdiri tegak, rapat dan lurus di masjid-masjid dan mushalla tidak lagi terlihat seperti sedia kala. Bahkan tradisi “sahur keliling” yang biasanya terdengar hiruk pikuk dengan tabuhan kentongannya tidak lagi nampak.

Bulan Ramadhan tahun ini diliputi suasana prihatin dan tidak semeriah biasanya. Kondisi ini tidak lepas dari adanya wabah Covid-19 yang melanda dunia, di mana oleh organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dinyatakan sebagai pandemi. Wabah pandemi Covid-19 ini mampu merubah tatanan sosial, perekonomian, pendidikan dan bahkan keagamaan.

Berdasarkan data update terakhir pada 13 Mei tahun 2020 jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 yang terjadi di Indonesia mencapai angka 15.438 kasus, 1.028 kasus dinyatakan meninggal dan 3.287 dinyatakan sembuh. Berbagai kebijakan preventif, deteksi dini dan upaya kuratif telah dilakukan, yaitu mulai dengan adanya himbauan Social Distancing, Physical Distancing, bahkan di beberapa daerah telah diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Kasus pandemi covid-19 saat ini menjadi ujian bagi umat Islam dunia, tak terkecuali di Indonesia, terlebih lagi pada bulan suci Ramadhan 1441 H. Di tengah pandemi ini, optimisme harus menjadi warna jiwa. Puasa yang diwajibkan bagi umat Islam, memiliki nilai pendidikan tentang optimisme. Bagaimana kita harus bersabar menahan rasa haus, dahaga dan nafsu birahi sepanjang matahari di atas horizon adalah ajaran untuk percaya dan meyakini bahwa kita mampu bertahan melalui berbagai ujian. Kepercayaan bahwa waktu berbuka akan tiba bi idznillah, juga merupakan ajaran optimisme untuk selalu memandang ke depan dengan pandangan yang baik.

Optimisme Ramadhan dibangun atas tiga hal, yaitu: Pertama, puasa Ramadhan adalah perintah Allah sebagai wujud kasih sayang-Nya. Dalam Q.S. Al-Baqarah: 183 disebutkan bahwa orang-oramg yang beriman diperintah dengan kalimah “kutiba” (diwajibkan) “kutiba ‘alaikumush shiyam”. Sementara dalam Q.S. Al-An’am: 54, Allah menyatakan diri dengan kalimat “kataba” (telah mewajibkan) “kataba robbukum ‘ala nafsihi ar rohmah”, yaitu telah mewajibkan Allah atas dirinya bersifat rahmah (kasih sayang). Dengan demikian, puasa tidak lain adalah kasih sayang-Nya.

Kedua, puasa Ramadhan adalah pembersih jiwa. Allah akan mengampuni segala dosa orang-orang Islam yang berpuasa karena penuh keimanan dan mengharapkan keridhaan-Nya. Dalam Hadits disebutkan “man shoma romadhona imanan wahtisaban ghufiro lahu maa taqaddama min dzanbih” (HR. Bukhori-Muslim). Ketiga, Allah menjanjikan rezeki. Sesuatu yang ditakuti apalagi di era pandemi ini adalah sulitnya penghidupan. Namun pada bulan ini, rezeki orang-orang beriman bertambah karena segala kemudahan dibuka oleh Allah dengan seluas-luasnya.

Last but not least, marilah kita bangun optimisme Ramadhan. Yakinlah Allah selalu hadir di tengah hamba-hamba-Nya yang selalu menghadirkan Allah SWT. Jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk membangun semangat optimisme yang kuat dalam menghadapi pandemi, disertai dengan ikhtiar dan kekuatan doa (the miracle of doa). Hiasilah Ramadhan dengan amalan ibadah, seperti tadarus al-Qur’an, sholat tarawih bersama keluarga, menghidupkan malam dengan dzikir dan mendengarkan kajian keagamaan via media sosial. Yakinlah di balik ujian ini pasti ada keberkahan dan di balik kesusahan pasti akan hadir kemudahan diiringi dengan kebahagiaan. Inna ma’al ‘usri yusra. Terselip sebuah doa dan harapan, dengan hadirnya Ramadhan, wabah pandemi covid-19 segera sirna dan bumi Indonesia segera pulih kembali. Semoga Allah SWT mengabulkan doa-doa kita. Aamin Ya Rabbal ‘Alamin.

Share this Post: