Ramadhan: Memperindah Hati Dalam Masa Pandemi
Oleh Anisa Listiana, M.Ag
Pada dasarnya setiap manusia sangat menyukai dan merindukan keindahan. Banyak orang yang menganggap keindahan adalah pangkal dari segala puji dan harga. Sehingga tidak mengherankan ketika banyak orang yang memburunya. Ada orang yang nekad pergi ke tempat yang berjarak ratusan bahkan ribuan kilometer semata mata untuk mencari suasana pemandangan yang indah. Ada juga orang yang rela membuang waktu untuk berlatih mengolah jasmani setiap saat karena sangat ingin memiliki tubuh yang indah. Tak sedikit juga orang berani membelanjakan uangnya berjuta bahkan bermiliar karena sangat rindu memiliki rumah atau kendaraan mewah.
Namun, tak jarang kita menyaksikan betapa pakaian dan penampilan yang mahal dan indah, justru mendatangkan penghinaan. Begitu pula ada yang memiliki rumah megah dan mewah, tetapi cibiran dan cacian yang diperoleh. Mengapa keindahan yang awalnya disangka akan mengangkat derajat kemuliaan malah sebaliknya?
Rasulullah SAW pernah bersabda,’Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya aka rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu.” (HR Bukhari dan Muslim). ‘Hati’ atau qalbu inilah sebenarnya pangkal keindaahan dan kemuliaan. Kunci keindahan yang sesunguhnya adalah kemampuan seseorang merawat serta memperhatikan kecantikan dan keindahan hati.
Imam al Ghazali menggolongkan hati ke dalam tiga kelompok, yaitu hati yang sehat (qolbu shahih), hati yang sakit (qolbu maridh), dan hati yang mati (qolbu mayyit). Seorang yang memiliki hati sehat tak ubahnya memiliki tubuh yang sehat. Ia akan berfungsi optimal, ia akan mampu memilah dan melilih setiap rencana atas suatu tindakan. Sehingga setiap apa yang diperbuatnya benar-benar sudah melewati perhitungan yang tepat berdasaran suara hati.
Orang yang paling beruntung memiliki hati yang sehat adalah orang yang dapat mengenal Allah dengan baik. Puasa Ramadhan merupakan salah satu diantara jalan menuju ke sana. Melalui puasa Ramadhan diharapkan semakin cemerlang hati manusia, dan akan semakin mengenal Dia (Allah). Melalui puasa Ramadhan seseorang diharapkan akan memiliki mutu pribadi yang hebat dan mempesona. Tidak akan pernah menjadi ujub dan takabbur ketika mendapatkan sesuatu, namun sebaliknya akan menjadi pribadi yang tersungkur bersujud. Semakin tinggi pangkatnya, akan membuatnya semakin rendah hati. Kian melimpah hartanya, ia akan kian dermawan. Semua itu karena ia menyadari bahwa semua yang ada adalah titipan Allah semata. Tidak dinafkahkan dijalan Allah pasti Allah akan mengambilnya jika Allah kehendaki.
Puasa Ramadhan merupakan langkah mengasah keindahan hati (qalbu). Semakin bersih hati, hidupnya akan selalu diselimuti rasa syukur. Di karuniai apa saja, kendati sedikit, ia tidak akan habis-habisnya meyakini bahwa semua ini adalah titipan Allah semata, sehingga amat jauh dari sikap ujub dan takabbur. Senadai ucapan yang terlontar dari lisan Nabi Sulaiman tatkala dirinya dianugerahi Allah berbagai kelebihan “hazza min fadhli rabbi, liyabluwani aasykuru am akfuur (An Naml, 27: 40). (Ini karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku mampu bersyukur atau malah kufur atas nikmatNya.)
Manakala Allah menimpakan ujian dan bala’, seperdi kondisi Pandemi Covid 19 saat ini, bagi orang yang hatinya bersih, semua itu tidak kalah terasa nikmatnya. Ujian dan persoalan yang menimpa justru benar-benar akan membuat pribadi kian merasakan indahnya hidup ini. Karena orang yang mengenal Allah dengan baik berkat hati yang bersih, akan merasa yakin bahwa ujian adalah salah satu perangkat kasih sayang Allah, yang membuat seseorang semakin bermutu.
Dengan persoalan akan menjadikan pribadi semakin bertambah ilmu. Dengan persoalan akan bertambahlah pahala. Dengan persoalan pula derajat kemuliaan seseorang hamba Allah akan bertambah baik. Karenaya pribadi yang mempunyai hati yang sehat tidak akan pernah resah, kecewa dan berkeluh kesah karena menyadari bahwa persoalan merupakan bagian yang harus dinikmati dalam hidup ini.
Oleh karenanya tidak usah heran pada pribadi yang hatinya bersih, ditimpa apapun dalam hidup ini, sungguh bagaikan air di relung lautan yang dalam. Tidak pernah akan berguncang walaupun ombak badai saling menerjang. Ibarat karang yang tegak tegar, dihantam ombak sedasyat apaun tidak akan pernah roboh. Tidak ada putus asa, tidak ada keluh kesah berkepanjangan. Yang ada hanya kejernihan dan keindahan hati. Ia amat yakin dengan janji Allah ‘laa yukallifuu nafsan illaa wus’aha (Al Baqarah, 2:286) Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Pasti semua yang menimpa sudah diukur oleh Nya. Maha suci Allah dari perbuatan zhalim kepada hambaNya.
.
‘Hati’ atau qalbu inilah sebenarnya pangkal keindaahan dan kemuliaan. Melalui puasa Ramadhan menjadi langkah mengasah keindahan hati (qalbu). Semakin bersih hati, hidupnya akan selalu diselimuti rasa syukur.