Welcome, Ramadhan
Oleh: Dr. H Supaat, M.Pd
Kegembiraan kaum Muslim sangat terasa begitu terdengar gaung yang begitu dekat dengan dirinya. Ramadhan telah di depan kita. Hampir semua kaum Muslim sibuk dengan persiapan yang beraneka macam dan ragam.
Sambutan meriah ditunjukkan oleh kaum Muslim sebagai wujud “tarhib” bagi semesta akan kedatangan bulan yang Ramadhan. Bulan yang memberi peluang besar bagi kaum Muslim untuk menjalani hidup dengan penuh kearifan, kebajikan, dan kebijaksanaan.
Ramadhan identik dengan bulan puasa. Dan demikianlah Allah memerintahkan melalui firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kalian diwajibkan, supaya kalian bertaqwa.” (QS. 2: 183).
Apapun ibadah yang akan dilakukan seorang Muslim tentu membutuhkan persiapan. Demikian juga dengan ibadah puasa. Dibutuhkan persiapan lahir dan batin. Selama sebelas bulan banyak sekali “debu” jalanan yang mengotori hati dan batin kita. Diperlukan tazkiyatun nafs untuk menyongsong Ramadhan.
Sebelum memasuki Ramadhan, ada baiknya setiap Muslim membuat rencana-rencana untuk peningkatan diri; berniat untuk ber-taqarrub dan bermunajat kepada Allah.
Berpuasa bagi sebagian orang terasa ringan. Oleh karena “mesin produksi” yang bernama pencernaan istirahat hanya di bulan Ramadhan, setelah bekerja selama 11 bulan.
Berpuasa itu bagi sebagian orang terasa nikmat. Betapa puasa menjadikan mereka sadar bahwa hidup dengan segala kecukupan harus mampu menahan segala keinginan. Puasa mengantarkan seseorang untuk paham dan mengerti bahwa betapa nikmat orang-orang yang berpuasa. Mereka sadar, berempati dan merasakan bagaimana orang-orang yang tak punya dan hidup dalam kesusahan menjalani hari-harinya.
Menjalani puasa Ramadhan di siang hari, dan bershalat Tarawih di malam hari adalah kehidupan yang penuh dengan nikmat. Karena hanya mereka yang mendapatkan pertolongan Allah untuk menjalani puasa Ramadhan yang bisa melakukannya.
Tugas kita sebagai seorang Muslim adalah berpuasa Ramadhan, hal ini telah disinyalir dalam Alqur’an, “(Beberapa hari yang ditentukan itu adalah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alqur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa.” (QS. 2: 185)
Rasulullah saw memperkuat dengan sabda bahwa puasa Ramadhan merupakan pilar dari lima pilar dalam agama Islam, yaitu “Islam itu dibangun di atas lima pilar, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa bersaksi Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa di bulan Ramadhan, serta haji ke baitullah.”
Allah SWT telah memberikan keistimewaan pada ibadah puasa ini daripada amalan-amalan lainnya, sebagai bentuk kemuliaan dan keagungan. Nabi saw pernah bersabda, “Setiap amalan anak manusia itu baginya, kecuali ibadah puasa. Sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”
Allah Ta’ala memberikan kekhususan bagi mereka yang berpuasa di bulan Ramadhan, bagi mereka sebuah pintu khusus di antara pintu-pintu surga. Mereka yang berpuasa akan melewati pintu itu, tanpa antrian dan bebas kemacetan. Pada hari kiamat nanti orang-orang yang berpuasa akan memasuki pintu itu.
Sabda Nabi saw, “Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pintu, yang disebut dengan nama “Arrayyan.” Orang-orang yang berpuasa akan melewati dan memasukinya dari pintu itu pada hari kiamat. Tidak ada orang lain yang membersamai mereka. Dikatakan, “Mana orang-orang yang berpuasa itu?” Maka orang-orang yang berpuasa pun memasukinya, maka jika yang terakhir dari mereka telah masuk, pintu itu pun ditutup. Dan tak ada lagi seorang pun yang masuk setelah itu.”
Dan orang-orang dari berbagai sudut kota, desa, dan pelosok negeri mengumandangkan lantunan syukur, karena dipertemukan dengan Ramadhan 1441 H. Dan mereka berucap, “Welcome, Ramadhan.”