Ramadhan : Bulan untuk Peduli dan Berbagi
Oleh : Mohammad Dzofir
Dalam situasi pandemi Covid 19, suasana Ramadhan tahun 1441 H pasti akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Bulan Ramadhan yang biasanya disambut dan dirayakan dengan penuh suka cita, kini berubah dengan suasana penuh keprihatinan. Tidak ada lagi tradisi dhandangan untuk menyambut Ramadhan, buka bersama ditiadakan, sholat tarowih (dianjurkan) di rumah, dan masih banyak aktifitas lain yang harus dibatasi. Ditambah lagi dengan situasi ekonomi yang sulit membuat umat Islam tidak akan mudah memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Datangnya Ramadhan di tengah krisis pandemi Covid 19 ini justru ibarat oase di padang pasir. Ramadhan menjadi berkah bagi umat yang sedang dilanda musibah pandemi Covid 19. Hal ini karena Ramadhan adalah bulan yang menjadi ladang amal bagi setiap orang yang mau berbagi dan menebar kebaikan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Salman r.a., Rasulullah saw. bersabda bahwa Bulan Ramadhan merupakan bulan santunan, Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka kepada seorang yang berpuasa, balasannya adalah ampunan terhadap dosanya, dirinya dibebaskan dari neraka, dan dia mendapatkan pahala sebesar yang didapat oleh orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang tersebut . Sahabat bertanya : ”Ya Rasulullah, tidak setiap kami memiliki makanan untuk berbuka yang dapat diberikan kepada orang berpuasa? Rasulullah saw menjawab : ”Pahala tersebut akan diberikan Allah, meskipun yang diberikan untuk berbuka bagi yang berpuasa hanya satu buah kurma, atau seteguk air, atau sesendok mentega”
Hadits diatas memberikan peluang dan kesempatan kepada siapapun, tanpa memandang status sosial ekonominya untuk berlomba-lomba menebar kebaikan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Memberikan santunan kepada orang lain bukan monopoli orang kaya saja, tetapi bisa dilakukan oleh semua orang sesuai dengan kemampuannya. Meskipun pemberian santunan yang diberikan secara material tidak seberapa, tetapi Allah menghargainya dengan nilai yang luar biasa.
Hadits ini memberikan motivasi kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan. Ketika seorang muslim hidup berkecukupan, dia tidak akan sayang mendermakan hartanya kepada fakir miskin. Hal ini sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi muhammad saw bahwa tangan diatas lebih baik daripada tangan di bawah. Bulan Ramadhan mendidik kita menjadi orang yang mudah mengeluarkan harta untuk membantu orang yang membutuhkan.
Tidak hanya itu Allah secara khusus juga mengistimewakan bulan Ramadhan dengan melipatgandakan pahala setiap amal kebaikan. Setiap amal kebaikan oleh Allah dinilai sama dengan pahala perbuatan orang yang melakukan kewajiban di bulan lain. Ibadah sunah dinilai sama pahalanya dengan ibadah wajib di bulan lain, sementara pahala ibadah wajib dijanjikan oleh Allah akan dilipatgandakan hingga 70 kali lipat. Jika tidur orang yang beribadah puasa dihitung sebagai ibadah, apalagi kebaikan yang selalu dia tebarkan kepada sesama. Sudah tentu menjadi ibadah yang bernilai pahala besar.
Karena itu Ramadhan harus menjadi kesempatan emas bagi umat Islam berlomba-lomba untuk selalu menebarkan kebaikan kepada sesama dan berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Mulai dari diri sendiri, kita bantu tentangga sekitar yang membutuhkan sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.
Dengan demikian Ramadhan benar-benar menjadi bulan untuk peduli dan berbagi kepada sesama manusia, bukan sekedar ritual menahan lapar dan dahaga.