Selebrasi dan Jalani Bulan Suci Saat Pandemi
Oleh Primi Rohimi, S.Sos., M.S.I.
Marhaban yaa Ramadhan. Sambutan penuh suka cita harus selalu diberikan atas datangnya bulan suci umat Islam. Bukan suka cita buta. Tapi bulan ini betul-betul adalah bulan yang seharusnya membahagiakan semua orang, baik muslim maupun bukan. Bagi umat muslim, bulan ini penuh dengan makna dan pahala. Bagi non muslim, bulan ini pun mendatangkan rejeki. Bahkan ketika bulan ini hadir di saat pandemi.
Ramadhan 1441 Hijriah kali ini akan menjadi sejarah saat umat Islam harus berperang melawan hawa nafsu, di waktu yang sama, sedang dilanda pandemi covid 19. Virus yang viral dengan ekspres dan massif mematikan ini pun menjadi salah satu ujian saat Ramadhan. Bahkan, meme di media sosial menyebutkan bahwa gara-gara corona, Ramadhan kali ini manusia sudah lock down duluan dari pada setannya.
Biasanya, ada banyak tradisi yang dilakukan dalam rangka menyambut dan merayakan Ramadhan. Mulai dari tradisi yang bermakna ibadah sampai gaya hidup. Menjelang Ramadhan, di beberapa wilayah di Indonesia bahkan di berbagai negara, menyelenggarakan festival yang memeriahkan kedatangan bulan suci. Pandemi dengan physical distancing meniadakan tradisi selebrasi (perayaan) ini. Namun, nuansa sambutan untuk bulan Ramadhan tetap ada, setidaknya dengan mudah kita lihat di media massa.
Berbagai program acara dengan tema islami yang biasanya menandai Ramadhan, sudah jauh hari diproduksi dan diiklankan di televisi. Belum lagi notifikasi Ramadhan di berbagai media sosial, marak menghiasi. Yang jelas, di negeri ini, iklan sirup tertentu selalu hadir menandai nuansa bulan suci di berbagai media.
Media massa adalah salah satu media yang bisa kita gunakan untuk menambah semangat kita menyambut, memeriahkan, dan melalui bulan Ramadhan dengan penuh suka cita. Bukan dengan menghabiskan waktu untuk sekedar menjadi khalayak penonton, pembaca, dan pendengarnya. Tapi menjadi produser, influencer, penulis, dan pengisi konten-konten bermakna ibadah.
Tidak biasanya kita diberi ujian yang sama dengan umat agama lain yaitu menahan diri untuk tidak ke mana-mana. Menahan diri dari hal yang buruk adalah esensi puasa. Puasa melawan hawa nafsu diri sendiri, melawan keegoisan, dan musuh tak kasat mata seperti virus corona disease. Ramadhan kali ini, musuhnya adalah musuh bersama (common enemy) semua umat. Maka perang kali ini harus dijalani bersama untuk nantinya pun kita menangi dan selebrasi bersama.
Merayakan dan menjalankan bulan suci saat pandemi dengan berdiam diri tapi tidak berdiam aksi. Berdiam diri artinya memaksimalkan ibadah di rumah. Kementerian Agama sudah menyiarkan kaifiyatnya. Umat Islam di Indonesia tinggal makmum mengikutinya tanpa susah payah mencari dalilnya.
Ibadah lain juga bisa dilakukan dengan jari kita yang selain semakin lentur dengan hitungan dzikir, juga lentur berbagi ilmu dan pesan positif. Kita tidak harus menjadi ustadz atau da’i. Merancang infografis tentang pesan islami sehari-hari; video tutorial penyemangat diri; artikel seputar bulan suci; atau status anti corona yang lucu untuk menyemangati. Jika merasa semakin berat menjadi pembuatnya, kita bisa membagikan hal positif dan penyemangat tadi melalui media kita.
Ramadhan saat pandemi ini pasti ada hikmahnya. Tak perlu bertanya kenapa karena Allaah SWT memberi ujian hanya meminta kita untuk bersabar. Mari sambut, rayakan, rancang, dan lalui Ramadhan bersama agar corona tiada untuk selama-lamanya. Aamiin. Bersatu, bersama, lawan Corona!