Ramadhan dan Ibadah
Ramadhan telah menyapa kaum Muslim di seluruh dunia. Hampir semua kaum Muslim sibuk dan menikmati aktivitas individu dan sosial. Mereka sadar bahwa di bulan yang mulia ini terdapat banyak reward, pahala, dan kebaikan yang Allah Ta’ala janjikan.
Islam mengajarkan untuk memahami setiap ritual agama sebagai bentuk perintah yang harus dijalankan dengan sepenuh hati dan ikhlas. Tak ada paksaan dari manapun. Pun tak ada yang menghalanginya. Karena itulah hak asasi masing-masing manusia.
Rasulullah saw juga mengabarkan berita gembira bagi orang-orang yang berpuasa Ramadhan, “Bagi orang yang berpuasa terdapat dua kebahagiaan; kebahagiaan saat berbuka puasa, dan kebahagiaan saat bertemu dengan Tuhannya.”
Sungguh orang yang berpuasa Ramadhan mendapatkan fasilitas yang tinggi, yaitu keridhaan Allah SWT. Maka, betapa bahagianya seorang yang berpuasa dengan prioritas yang diberikan oleh Tuhannya, khususnya dengan sikap dan perilakunya yang luhur berbudi, serta sopan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama.
Maka, orang yang memperoleh hikmah berpuasa akan menyikapi setiap perlakuan buruk dan perbuatan yang kurang menyenangkan dengan toleran dan sikap penuh maaf. Karena ia ingat pesan Nabi Muhammad saw, “Apabila seorang di antara kalian berpuasa pada hari itu, hendaknya ia tidak berkata kotor, dan tidak berbuat gaduh. Jika terdapat seseorang yang mengoloknya, atau mengajaknya bertengkar, maka hendaknya ia mengatakan padanya, “Aku sedang berpuasa.”
Mengingatkan diri sendiri dan orang lain bahwa ada tugas dan kewajiban yang harus terselenggara, yaitu ketaatan kepada perintah Allah Ta’ala. Maka siapa saja yang berada dalam fokus ibadah kepada Allah, maka ia akan mendapat balasan yang setimpal dari-Nya.
Nabi Muhammad saw pernah bersabda, “Puasa adalah benteng.” Seorang yang berpuasa berusaha untuk menjaga diri agar tetap bersih, terus menjaga lisannya dari mengatakan yang tidak baik, menjaga telinganya dari mendengar yang buruk, menjaga penglihatannya dari perkara-perkara yang merusak keimanan, serta menjaga perilakunya agar senantiasa dalam koridor yang diridhai Allah Ta’ala.
Seorang sahabat Jabir ra berkata, “Jika kamu berpuasa, maka berpuasalah pendengaran, penglihatan dan ucapanmu. Hendaknya kamu ada rasa ketenangan dan damai saat menjalani hari-hari kamu berpuasa. Jangan kamu jadikan sama antara hari-hari berbukamu dengan hari berpuasamu. Maka siapa saja yang mampu menjaga tindak-tanduknya, perilakunya, dan sikapnya, sabar dalam ketaatan kepada Tuhannya, maka sungguh ia telah menggapai kualitas dan hakekat dari ibadah puasa. Ia akan menerima balasan yang sempurna dari Allah Yang Maha Pengasih.”
Sungguh Ramadhan merupakan bulan amal dan kesungguhan; seorang yang berpuasa hendaknya bersungguh-sungguh dalam setiap pekerjaan dan tugasnya, bagi orang yang beramal demikian pahala yang besar dan ampunan dari Allah Ta’ala.
Jika seorang yang berpuasa selesai dari pekerjaannya, lalu ia melanjutkannya dengan waktu yang ada untuk ketaatan kepada Rabbnya, ia menghadap kepada Sang Pencipta untuk berdzikir, maka ia akan selalu dalam kebersamaan dengan Allah SWT dan pertolongan-Nya, penjagaan dan perlindungan-Nya.
Di antara amalan yaitu dzikir. Dzikir yang utama adalah membaca Alqur’an, merenungi ayat-ayatnya. Maka bulan Ramadhan merupakan bulan Alqur’an.
Adalah malaikat Jibril as pernah menyampaikan kepada Nabi Muhammad saw di setiap malam dari bulan Ramadhan, maka beliau mengkaji Alqur’an. Sementara para sahabat beliau, yang terdahulu, meluangkan waktu untuk membaca Alqur’an. Mereka sadar dan paham bahwa dalam membacanya itu terdapat pahala yang besar.