Kupas Strategi Penulisan dan Penelitian Gender, PSGA IAIN Kudus Hadirkan Prof. Irwan Abdullah
Hadirkan pakar penelitian dan para peneliti studi gender dari berbagai provinsi, Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LPPM IAIN Kudus, adakan kegiatan Designing and Conducting International Collaborative Gender Research, di Aula Rektorat Lantai Tiga, pada Rabu (30/10/2019). Kegiatan ini merupakan bagian dari International Conference on Islam dan Interdisciplinary Sudies (ICIGS) tahun 2019.
Turut hadir dalam kegiatan, Rektor IAIN Kudus Dr. H. Mundakir, M. Ag, H. M. Dzofir, M. Ag Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Nur Said, Kepala PSGA, Prof. Dr. Irwan Abdullah (UGM), dan seluruh peserta yang hadir dari berbagai perguruan tinggi.
- M. Dzofir, M. Ag Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)IAIN Kudus mendukung adanya kegiatan ini. Mengingat penelitian sebagai salah satu pilar tridharma perguruan tinggi yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama pada penelitian studi gender. Banyak peserta yang hadir dari berbagai perguruan tinggi Indonesia, mulai dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, IAIN Surakarta, STAI Pati, IAIN Kediri, Universitas Ibrahim Situbondo, IAIN Batusangkar, dan IAIN Kudus.
“Semangat dalam melakukan penelitian tentang gender begitu meningkat, ini menjadi peluang para peneliti dalam menjawab permasalahan masyarakat,” jelasnya.
Diharapkan kegiatan pendampingan proposal kolaborasi gender ini mampu mendesain penelitian untuk mengakses berbagai jurnal-jurnal internasional. Selain itu cakupan dalam penelitian mampu mengarah pada penyelesaian masalah gender dalam masyarakat.
Laju perkembangan gender dalam masyarakat bergerak cepat, sehingga diperlukannya penelitian-penelitian yang mendalam dan khas. Prof. Dr. Irwan Abdullah Professional Trainer, Cultural Theory and Practice, selaku narasumber pun memaparkan hal penting selama akan melakukan penelitian tentang gender. Beliau menjelaskan, perkembangan kajian gender saat ini sedah mengalami perkembangan yang dinamis, mengingat adanya konsep-konsep gender yang harus direplace kembali.
“Konsep-konsep yang sudah ada, harus ditarik sesuai konteks zaman saat ini,” jelasnya. Ada kekhususan para peneliti gender yang jarang menyentuh pada aspek sumbangsih perempuan, peran perempuan, dan keberhasilan perempuan dalam mengubah peradaban zaman.
Dalam penelitian harus mengungkap rahasia-rahasia dibalik persoalan yang akan diangkat, begitu juga ketika ingin meneliti mengenai gender. Lanjutnya, seorang peneliti harus menggali sampai pada titik kerahasiaan. Ada rahasia apa yang ada di ketimpangan sosial, rahasia perempuan dalam mengajukan kesetaraan gender.
Untuk memudahkan dalam penelitian, perlu adanya cara khusus agar hasil penelitian bisa menjadi unik dan berkualitas. Ditentukannya tema-tema studi gender yang akan diangkat. Meliputi gender, sejarah dan memori kultur, feminist theory, politics, and activism, sexuality and culture, identities and diversity, women, culture and society.
Seorang peneliti harus memahami isu-isu pokok dalam penelitian gender, lanjut beliau, isu tersebut meliputi proses pendewasaan dan siklus hidup perempuan mulai dari perubahan pekerjaan dan karier, agensi biografis dan hasil perkembangan perempuan. Sumberdaya, Gender, Etnis dan Ketimpangan kelas meliputi ketimpangan dalam rumah tangga, pendapatan dan kekuasaan. Respons kebijakan atas ketimpangan gender meliputi penyelesaian ketimpangan gender melalui tata kelola pemerintahan.
“Bagi para peneliti gender jangan berkecil hati, banyak peluang untuk menerbitkan penelitiannya dalam bentuk jurnal. Terdapat 1200 lebih jurnal studies yang berkaitan dengan gender dan 121 jurnal geder studies di scopus Q1,” jelas beliau.
Ada kesalahan penulis jurnal yang tak diketahui. Prof. Irwan Guru Besar UGM itu menjelaskan, sebelum melakukan target penulisan jurnal, seorang peneliti harus tahu jurnal mana yang akan dituju, setelah itu melakukan penelitian dan menyelesaikannya. Alur dan hasilnya akan berkualitas sesuai kebutuhan jurnal tersebut.
“Kita harus memperlajari artikel yang sudah terbit di jurnal yang akan dibidik, agar mengetahui spesifikasi penelitian yang diterima. Lebih baik menulis dijurnal yang sama dan kajian keilmuan yang sejalur, karena akan meningkatkan kualitas hasil penelitian,” papar beliau.
Dr. Sarjuningsih, M. Ag peneliti gender dari IAIN Kediri sangat terbantu dengan adanya pendampingan seperti ini, mengingat kebutuhan penelitian gender berbeda dari penelitian lainnya. Dari hasil pendampingan ini, beliau berharap dapat segera merealisasikan penelitian-penelitian yang sedang dilakuakan.
“Targetnya untuk bisa masuk pada jurnal-jurnal internasional, terutama yang fokus pada studi gender,” ungkap beliau. Semoga kegiatan pendampingan seperti ini sering dilakuan untuk meningkatkan kualitas hasil penelitian dan menaikan produktivitas para peneliti di PTKIN khususnya.
Nur Said, sebagai Ketua PSGA LPPM IAIN Kudus dan sekaligus penyelenggara Pelatihan Desain Riset Gender Kolaboratif Ineternasional ini, tidak hanya berhenti di sini, tetapi mampu menjelma menjadi sebuah paguyuban atau komunitas riset gender Nusantara. Dari kelompok ini, diharapkan terjadi sharing pengalaman lintas kawasan. Sehingga menemukan distingsi riset gender di daerahnya masing-masing sebagai khazanah budaya khas Nusantara. (Salam/Humas IAIN Kudus)